Terus Mengampuni
Bacaan Matius 18:21–19:1
Matius 18:21–22
“Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?”
Yesus berkata kepadanya: ‘Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.’"
Matius 18:35
“Demikian juga Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu.”
Renungan
Pertanyaan Petrus membuka bagian ini: “Sampai berapa kali aku harus mengampuni?” Ia berpikir bahwa tujuh kali sudah cukup besar hati. Namun Yesus memperluas batas itu—bukan tujuh, melainkan tujuh puluh kali tujuh. Sebuah ungkapan yang berarti: “Tak terbatas.”
Yesus lalu menceritakan perumpamaan tentang hamba yang diampuni utang besar oleh tuannya, namun ia tidak mau mengampuni sesama hamba yang berutang jauh lebih kecil. Sikap ini menunjukkan kontras yang menyakitkan antara belas kasih yang diterima dan belas kasih yang tidak diberikan.
Melalui perumpamaan ini, Yesus mengajarkan bahwa:
- Pengampunan bukanlah opsi, tetapi perintah.
- Kita diundang untuk mengampuni karena kita telah diampuni lebih dulu oleh Allah.
- Ketidakmauan mengampuni menunjukkan ketidakmengertian kita terhadap kasih karunia Allah.
Di akhir bagian (Mat 19:1), Yesus meninggalkan Galilea dan pergi ke daerah Yudea—sebuah transisi menuju salib. Ini menjadi pengingat bahwa pengajaran Yesus tentang pengampunan akan berpuncak di kayu salib, tempat Ia berkata, “Ya Bapa, ampunilah mereka.”
Refleksi Pribadi
- Apakah aku masih menyimpan dendam atau kepahitan terhadap seseorang?
- Apakah aku sadar bahwa aku adalah hamba yang telah diampuni utang besar oleh Tuhan?
- Apakah aku bersedia mengampuni “dengan segenap hati”, bukan sekadar di bibir?
Doa
Tuhan Yesus, Engkau telah mengampuni aku lebih dari yang bisa aku balas. Ampunilah aku karena sering menyimpan kepahitan terhadap sesamaku. Lembutkan hatiku agar aku dapat mengampuni seperti Engkau, bukan hanya dengan kata-kata, tetapi dengan kasih yang tulus. Amin.