Murah Hati di Mata Allah

Bacaan

Matius 20:1–16 (TB)
“Demikianlah orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu dan yang terdahulu akan menjadi yang terakhir.”
(Mat 20:16)

Renungan

Perumpamaan tentang pekerja di kebun anggur adalah gambaran yang kuat tentang murah hati Allah dan cara kerja Kerajaan Surga yang sangat berbeda dari pola pikir dunia.

Seorang tuan rumah memanggil para pekerja pada waktu yang berbeda—ada yang dari pagi, siang, sore, hingga satu jam menjelang berakhirnya hari kerja. Namun semua menerima upah yang sama: satu dinar.

Orang-orang yang bekerja sejak pagi mengeluh karena merasa diperlakukan tidak adil. Namun sang tuan rumah menjawab:

“Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati?” (ay. 15)

Makna Mendalam

  • Allah tidak memakai standar perhitungan manusia.
    Dunia mengukur keadilan berdasarkan logika usaha dan prestasi. Tapi Allah memberikan anugerah berdasarkan kemurahan hati-Nya, bukan hasil kerja manusia.

  • Anugerah itu bukan upah, tapi hadiah.
    Tak seorang pun bisa menuntut lebih, karena semua yang diterima adalah pemberian kasih Allah.

  • Iri hati membuat kita kehilangan sukacita.
    Mereka yang pertama dipanggil justru kehilangan kegembiraan karena membandingkan diri dengan yang lain, bukan bersyukur atas kemurahan Tuhan.

  • Kerajaan Allah menyambut siapa pun, kapan pun.
    Bahkan mereka yang datang terakhir—yang mungkin baru bertobat di akhir hidup—tetap menerima anugerah penuh jika datang dengan hati yang terbuka.

Refleksi Pribadi

  • Apakah aku bersyukur atas kemurahan Allah dalam hidupku, atau justru sibuk membandingkan dengan orang lain?
  • Apakah aku percaya bahwa anugerah Tuhan cukup dan adil meskipun tidak selalu sesuai dengan logika manusia?
  • Apakah aku bersedia bersukacita ketika orang lain menerima anugerah yang sama dari Tuhan, meskipun mereka “datang belakangan”?

Doa

Tuhan yang Maha Pemurah, Engkau murah hati kepada siapa pun Engkau kehendaki. Tolong aku untuk tidak iri, tapi bersukacita dalam kasih-Mu. Ajarku melihat bahwa anugerah-Mu selalu cukup bagiku, dan bahwa Engkau adil dengan cara-Mu sendiri yang penuh kasih. Amin.